CERPEN
…Sebuah Catatan Sahabat...
“minggir..minggiiiir..!” teriak seorang gadis dengan raut cemas
Brukk !!
Suara apa? Batin Aya kedua telinganya melebar terasa ingin tau namun tak jua ditengoknya ke arah suara tersebut, dengan raut cuek Aya melanjutkan langkah nya menuju ruang kelas yang menurut teman-teman sumpek.
Di kelas..
Aya hanya diam di kursi memandang 360 derajat keadaan kelas, seperti semula awal masuk. Batin Aya bergumam.
“aaargg…hiks..hiks..”. tiba-tiba saja muncul orang aneh di depannya, yaah.. teman duduk Aya!. Aya hanya tersenyum melihat tingkah temannya itu dengan mengambilkan selembar tisyu kepada Riska, begitu nama panggilnya.
“ada apa Ris? Wajahmu tidak biasanya bersedih.” Riska tidak langsung menjawab pertanyaan Aya yang tidak biasanya diucapkan. Ugh! Batin Riska, “aku terjatuh di anak tangga, Ya. Aku malu… maluu tadi, apalagi ada cowok gebetan ku berdiri di pojok tangga. Ugh!!.”
Setelah lama ngobrol, tidak lama dosen tiba yang mengharuskan mereka berhenti bicara.
….
Dengan perasaan tidak karuan Aya pergi ke kampus pagi itu, pikiran Aya terasa terkendali oleh sebuah masalah yang dari dulu tidak bisa terobati, sehingga pikirannya kacau. Aya tidak langsung masuk ke ruang perkuliahan, apalagi hari itu ada mata kuliah mengenai management yang menurutnya susah untuk dicerna. Aya berhenti di bawah tangga yang kedua, Aya meminggir karena takut menghalangi jalan umum, dengan pikiran tidak karuan, dia memandang ke bawah sambil memutar kembali memori satu tahun lalu.
Aya dikenal sebagai mahasiswi yang pendiam, individual, tenang, dan sebagainya yang masih nyangkut dengan kosa kata di atas. Dengan pikiran yang sering tak terkendali tiba-tiba muncul teman Aya, yaah.. teman yang selalu mau mendengarkan keluh kesahnya.
“Nur, bisa bantu aku?” Tanya Aya dengan menampakkan raut muka sedih,”aku tidak sanggup Nur.. tidak bisa menghadapi situasi seperti ini, kamu satu-satu nya teman yang mengerti aku, kamu mau kan mendengarkan curhat ku?.”
“iyaa.. ada apa teman. Aku akan menjadi pendengar yang baik. Okee..?!”
“sebelum aku cerita, ku mau kamu berjanji untuk tidak menceritakannya kepada siapa pun..”
…………
Kriiiing..kriiing…kriiiiiiingg…..
“Ugh Aya ! mau balap sepeda?” Tanya teman sepermainannya sewaktu kecil. Teman yang sangat jahil, suka membuat orang susah apalagi minta dijajankan. Maklumlah anak kecil. “tidak ah… nanti kamu membuat aku jatuh, tuh kayak Isa dia terjatuh gara-gara maen ama kamuu..nanti aku dimarahi mama.”
“huh.. dasar anak manja!!!.. ga asyik ah Aya…huuu”. Ejek Raka kesal, Aya hanya cuek sambil mengayuh santai sepadanya, sementara Raka sudah jauh di depan.
Sepulang sekolah seperti biasa Aya mampir dulu ke tanah lapang untuk bermain-main,
Kenapa ayunannya rusak? Batin Aya sedikit kecewa karena mainan kesayangannya rusak karena pengaruh cuaca.
DAARRG!!!!!!
Haa..! Aya terkejut tiba-tiba jantungnya dikejutkan tepukkan pundak dan suara kejutan.
HAA..haahaa…. hahahaahaa… !!
Suara anak laki-laki tertawa,,, “iihh… Rakaa?!!! Aku sebel sekali sama kamu!!”
“ngapain kamu ke tempat sunyi seperti ini? Kayak ga ada tempat yang lain aja yang lebih bagus, disini menyeramkan,, coba liat tuh banyak tulang-tulang fosil sapi kurban. Iiiihh ”
Aya terdiam, entah matanya tergenang air asin, kedua matanya mulai merah, dan kemudian berlari mengambil sepedanya ditaruhnya tas ke dalam keranjang depan sepeda, Aya menunggangi sepedanya dan langsung pergi menjauhi Raka dan tempat kesayangannya. Raka bingung terhadap sikap Aya, Raka hanya memandangnya dari jauh.
Deg deg deg …
Perasaan yang tidak biasa, batin Aya merasa ada yang tidak beres di rumah, sepulang ke rumah Aya melihat suasana rumah banyak sekali orang, Aya yang masih belum mengerti apa-apa tidak begitu menghiraukan.
“berapa ?, waah… aku menaruh saja ini angka. Pasti dapat, hahaha”
“oh.. bisa, berani beli berapa?”
“hahaha…”
“empat”
Aya hanya mendengarkan saja pembicaraan orang rumah yang menurutnya itu pekerjaan mereka dalam menghidupi sehari-hari. Di samping kanan Aya, dilihatnya Ibu sedang duduk santai. “Ibu, Aya juga mau menebak angka seperti bapak tadi, kan dia bisa dapat duit banyaak …” bujuk Aya terhadap Ibunya dengan manja. Ibunya hanya tersenyum meratapi anaknya dengan penuh kasih sayang, namun kenapa gerangan matanya berbinar memandang Aya. Aya memandang dengan penuh harap Ibunya menuruti kemauannya.
Tiba-tiba kedatangan tamu yang tidak diundang, mereka memakai pakaian serba hitam dengan membawa pemukul, dan kendaraan. Mereka langsung dengan sigap turun dan masuk ke dalam rumah, Aya dan Ibunya sangat terkejut tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Aya menggenggam sangat erat baju ibunya. Terlihat sekali raut Aya yang sangat ketakutan, Aya dan Ibu berdiri, Aya sembunyi di balik Ibunya, sementara Bapak berada jauh di depan yang juga sangat ketakutan, tapi Aya melihat ada sesuatu yang disembunyikan Bapak ke dalam tikar purun. Aya masih kebingungan dengan segala hal yang terjadi, mulai dari orang serba hitam, sampai tingkah mereka yang sedang menggeledah rumah sampai menyuruh Bapak angkat tangan beserta teman bapak yang tadi yang juga disuruh diam di tempat, dan sesuatu yang disembunyikan Bapak. Sedangkan Aya dan Ibu disuruh masuk ke dalam karena Aya yang dari tadi berteriak hysteris menangisi keadaan. Semua wajah Aya dibanjiri air mata, matanya merah sembab, hidung Aya juga merah, begitu juga dengan Ibunya, menangis sambil memeluk Aya.
“tenang ya de, bapaknya hanya dibawa bentar ko” kata salah satu orang baju hitam tersebut.
“Baapaaaaak…. BAPAAAAkk….!!!” Aya memanggil Bapaknya yang dijemput sekumpulan orang serba hitam, tangan Aya di pegang kuat Ibunya agar Aya tidak pergi keluar rumah. Seakan tidak rela Bapaknya dibawa sekumpulan orang baju hitam tadi, namun usaha Ibu Aya untuk menahannya tidak berguna, Aya berhasil lepas, Aya berlari keluar menemui sekumpulan orang baju hitam, namun apa daya mereka dengan cepat pergi meninggalkan rumah. Aya tersandar di tiang warung kecil Ibunya sambil memanggil-manggil bapaknya. Kemudian Ibunya menemui Aya, sementara dari kejauhan banyak tetangga yang menonton keadaan rumah Aya, termasuk teman-teman Aya. Hingga menjadi gossip tetangga.
“Sudahlah Nak, yuk masuk ke dalam. Bapaknya hanya sebentar dibawa, mendingan kita sekarang sholat dzuhur yuk, kita doakan Bapak disana supaya baik-baik saja ya nak. Sudah adzan nih.”
Masih menangis, Aya tidak rela dan tidak bisa menerima keadaan, Aya tertekan, masih dalam ketakutan. Tidak percaya bapak dibawa. Aya terus bertanya dalam hati kenapa Bapak dibawa dan apa salah bapak.
Sorenya…
Aya terbangun dari tidurnya, pening kepala terasa lama. Terdengar olehnya suara yang tak asing lagi.. yaah.. itu suara Bapak. Bapaak! Batinnya bersemangat langsung terjun dari atas dipan bergegas keluar menemui Bapak yang sedang ngobrol dengan Ibu. Dipeluknya erat bapak seakan tidak mau jauh darinya. Aya sangat senang bapaknya bisa kembali ke rumah dengan selamat. “Bapak kenapa tadi mau saja dibawa orang serba hitam ? kenapa bapak tidak lari ?”. terus-terusan Aya bertanya. Bapaknya tidak bisa menjawab, bingung terhadap anaknya sendiri, anak yang masih lugu dan polos belum paham dengan masalah orang dewasa.
“Bapak tadi diajak bicara dengan pimpinan mereka, katanya Bapak ada dosa. Nah sekarang Bapak sudah menebusnya. Dan bapak sudah berjanji dengan mereka kalau bapak tidak lagi mengulangi dosa tadi, dan misalkan bapak mengulang lagi, bapak pasti ditahan mereka selama bertahun-tahun. Nah Aya tidak boleh berbuat dosa seperti bapak ya nak”
Sesungguhnya bapak lakukan pekerjaan ini karena terpaksa demi mencukupi kehidupan kita dan demi kamu nak, bapak ingin kamu bisa menjadi orang sukses dunia dan akhirat
Batin bapaknya menangis, menangisi keadaan hidupnya yang sebenarnya dia tahu tidak seharusnya ditangisi, namun hatinya tak kuasa menahan.
Seiring dengan waktu yang terus berjalan, Aya tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Masa lalu yang pahit membuatnya tegar menghadapi hidup, walau dia tahu keadaan ekonominya lemah yang mengharuskannya untuk ikut berjuang membantu orang tuanya. Aya selalu memohon kepada ibunya kalau dia ingin membantu bekerja apa saja asal halal, namun ibunya selalu melarang anak-anaknya bekerja sebelum waktunya. Aya bersyukur karena menurutnya Allah swt. Ada didekatnya karena prestasi yang didapatnya dari sekolah dasar sampai SMP dia mendapat beasiswa yang cukup untuk mempertahankan sekolahnya, dengan uang dari yayasan atau pemerintah, Aya bisa membeli sepatu, tas, buku dan peralatan sekolah lainnya sampai uang spp. Ini bisa mengurangi beban kuatnya pengeluaran keuangan rumah tangga orang tuanya.
Perasaan yang selalu membuatnya sedih, yaah… perasaan masa lalu yang pahit dalam kehidupannya. Dia berusaha untuk tidak mengingatnya kembali.
…
“Terus bagaimana dengan hidup mu yang sekarang?” Tanya Nur yang memotong cerita masa lalu Aya, Nur sangat serius mendengarkan perjalanan hidup Aya. Aya menghirup oksigen dengan dalam lalu menghembuskannya pelan, dilihatnya ke bawah sangat sunyi keadaan kampus, oh ternyata ada kelas yang sudah masuk perkuliahan.
Aya mencoba senyum, ”tahukah Nur kamu kalau aku sempat putus asa?” aku tak pernah menghadapi masalah sebesar itu, aku merasa sangat tidak berguna.
……
Berjalan memandang keadaan sekitar, perasaan takut yang tidak bisa dihilangkan, jantung ini terasa sakit sekali, hanya gelap yang dirasa. Keadaan kosong tanpa seorang pun berpijak. Angin kegelapan menghembuskan dinginnya. Sepi terasa bila ku ingat masa lalu. Orang yang sejak dulu ku percaya ternyata telah mengkhianati. Aku terasa hina , dan hancur. Bagai berada di tengah-tengah lautan es. |
Apakah gerangan yang sedang dirasakan Aya,???
..
Semester dua sudah dimulai, anak-anak sekolah mulai bersekolah lagi, ada yang bahagia ada juga yang tidak bersemangat, hilir mudik terlihat orang hendak menjajakan barang jualannya ke pasar, mereka dengan tidak merasakan ada perubahan waktu, karena begitulah kegiatan rutinnya. Pagi itu seperti biasa Aya berangkat ke sekolah melewati pasar kecil hangatnya matahari membuatnya tambah semangat, kuning kejinggaan memancarkan keindahan dalam meawali hari begitu menyilaukan mata, banyak kendaraan lalu lalang, sebentar tersenyum kepada hari karena aya sangat bahagia dengan sekolahnya sekarang. Dia merasakan dikelilingi sahabat dan orang-orang yang baik hati.
Sebuah kisah yang membuat dua sahabat terpisah jarak karena satu keyakinan, kisah yang tidak biasa aya rasakan sebelumnya.
Aya berjalan menyusuri bangsal kelas sekolah, sendiri, tanpa seorang pun yang menemaninya. Aya sungguh sangat senang dengan kesendirian, mungkin karena kondisi psikisnya yang sering tertekan yang membuatnya suka menyendiri, suka terdiam dan tidak suka dengan hura-hura. Sungguh emosional yang kurang sehat, kadang Aya membuat puisi untuk menghilangkan jenuh dan tidak jarang ia gunakan sebagai curahan hatinya. Dipajang ke mading sekolah, terlihat olehnya dua orang anak laki-laki sedang berdiri memandangi ,mungkin membaca beberapa artikel atau bacaan yang ada di mading sekolah. Dua orang yang tak asing baginya, Aya sering melihat ke arah mading karena ia berharap ada orang yang membaca puisinya yang membuatnya sedikit lega berarti dia telah berbagi dengan orang tersebut. Aya tersenyum sendiri memandangi dari kejauhan.
Di tengah kekacauan batinnya, ia mencoba mengisi penuh jadwal kegiatan hari-hari dengan mengikuti kegiatan OSIS, awalnya Aya tidak begitu berminat, namun tak salah ia mencoba,
Seperti biasa keadaan rumah aya, kadang dingin kadang hangat. Aya merasa tidak betah jika mendengar kedua orang tuanya bertengkar, Aya menutup kedua telinganya jika teringat kembali, seusai istirahat aya coba jalan-jalan ke depan kompleks meliaht keadaan luar sore hari. Di pikirannya terbayang seorang anak laki-laki tadi, anak laki-laki yang menurutnya baik, dan dia lah orang pertama yang membuat jantungnya berdebar kuat, sebuah perasaan yang lain, namun ia mencoba untuk menghindari perasaan tersebut krena menurutny tidak mungkin bisa menyampaikan kalimat tersebut, sebuah kalimat dalam tiga kata. Sosok orang yang sejalan dengannya, dan ada satu hal yang membuatnya sangat mengagumi laki-laki tersebut, namun ujung dari perasaan tersebut adalah ketika mengenal jauh laki-laki tersebut yang menurutnya tidak pantas untuknya mendapatkan hati laki-laki tersebut, laki-laki yang terlihat pertama oleh aya adalah sosok sederhana dan dewasa pola pikir. Sirna perasaan ketika mengetahui kartu laki-laki tersebut.
Berawal dari perasaan yang tidak menentu, dan rahasia yang sangat sulit untuk diungkap kebenarannya.
Rahasia dari seorang rupa detektif….
Pebruari 2008…
menyayat dalam perasaannya..
Melukai hatinya….
Dan membuat luka itu terbiarkan menganga…
Tanpa hiraukan rasa sakit yang dipendamnya sendiri…
Membuatnya menangis sendiri di atas senyum ku…
Kini ku baru sadar, rasa sakit di hati sangatlah sakit…
Obat semahal apa yang bisa menyembuhkannya…
Apakah luka yang ku buat sudah hilang tanpa bekas…
Bekas luka yang sangat menyimpan erat sebuah kisah pahit…
Dan..
Bekas itu tidak bisa diobati…
Luka yang kapanpun bisa memutar ulang kisah…
Kinii..
rasa bersalah..
Sebuah puisi sederhana yang tidak bisa tersampaikan….
Kartu yang tertutup kini mulai bisa terintip oleh aya, aku merasa malu jika mencintai seorang laki-laki yang tergolong memiliki ekonomi di atas. Mengapa dia mencoba menutup kartunya, kenapa sosoknya begitu sederhana sehinggga membuatku berpikir kamu orang yang sama dengan ku. Aku merasa tidak cocok dengan keluarganya. Aku merasa tidak sebanding dengannya, yang membuatku patahkan hatiku sendiri. Walupun perasaan itu masih ada, namun aku harus melepaskannya juga karena cinta yang tidak mendapat restu.kita memiliki perbedaan yang sangat banyak.
Tersenyumlah …!
Masih banyak perempuan yang terbaik untukmu. Batinnya tiba-tiba mengucapkan sebuah kalimat perintah. Sebuah perasaan yang tidak musti ku bagi.
Semakin tidak memiliki arah, mengapa tega mendua. Mencoba membohongi perasaan sendiri, andai laki-laki tersebut mengetahui isi hatinya mungkin dunia terasa selalu tersenyum padanya. Biarlah waktu yang bicara akhirnya , membiarkan semua tidak terkendali, tidak seorang pun yang tahu akan pendaman perasaan seorang perempuan.
Biasa lah anak muda, di sisi lain, Aya memikirkan keluarganya. Mencoba untuk tetap tidak mengingatnya. Tidak lah semudah itu untuk membuat sibuk.
…..
“Tahukah Nur? Aku sering mencatat kisah ku di buku.”
“yup! So pasti tahu sobat” jawaban Nur tersenyum. “apakah kamu sekarang sudah merasa mendingan, lalu bagaimana dengan keadaan keluargamu sekarang?” Tanya Nur kepada Aya.
....
Ku lihat Ibu sedang menangis dalam hati, entah datang dari mana perasaan ku itu, yang jelas aku merasa Ibu sedang sedih,
“Aya …goreng bawang nya lekas ya!” .
“ iya bu,” jawab nya sambil menuang air putih ke dalam gelas.
Tit..tit..titit…
Suara nada sms terdengar oleh telinga Aya, kelihatannya suaranya berasal dari sebelah kanan ku, yap! Di atas kulkas. Seru Aya ingin tahu. Aya berniat mencari suara tersebut , namun setelah selesai menggoreng bawang.
Mencari-cari HP yang bunyi, ah .. ini HP nya, dapat!! Batin aya girang. Sebuah satu pesan belum terbaca, mata Aya tercengang lebar seolah tidak percaya dengan isi pesan tersebut, tidak! Tidak mungkin! Batin aya, semua pikirannya terasa kacau, terasa kilat menyambar hatinya, begitu sakit aya rasakan Aya mencoba menutupi sebuah pesan tadi, membiarkan jadi sebuah rahasia, berlagak tidak tahu apa-apa. Aya lanjutkan pekerjaan di dapur yang masih belum selesai karena tertunda.
Aya masih diselimuti rasa penasaran dan perasaan bersalah jika dipendam sendiri, namun di sisi lain aya tidak ingin membuat ibunya bersedih jika mengetahui ini, jika disimpan begitu saja itu sama saja dengan menyakiti ibu pelan-pelan dalam waktu yang lama, seakan membiarkan lumut itu tumbuh menjadi banyak sehingga kurang bagus dipandang hati maupun mata. Kuatkah hati ini menyampaikan pesan itu, sebuah pesan menyakitkan untuk ibu, untuk ku dan untuk adik-adikku. Kalut hati membuatnya tidak konsentrasi untuk beraktivitas, sungguh Aya dibingungkan oleh dua pilihan, Aya terus menimbang keputusan, memilih pilihan yang terbaik walaupun resikonya belum tentu baik juga. Aya terus berpikir bahkan semua kegiatan belajar mengajar di sekolah pun terganggu oleh pikiran dua pilihan tersebut, sangat lah bimbang.
Sampai suatu hari Aya beranikan untuk bicara empat mata dengan ibu tercintanya, keberanian yang perlu disiapkan sangat matang.
Pertama-tama Aya menarik nafas panjang, menyiapkan segala akibatnya, Aya harus yakin bahwa ia bisa menyampaikannya dengan sukses demi kebaikan. Begitulah batinnya saat berhadapan dengan ibunya. Ia pandang ibunya dengan dalam penuh perasaan. Mulailah ia bercerita.
Sangat di luar pikiran Aya, apakah karena ibu mencoba menutupi segala perasaan, sehingga ia meresponnya sangat santai, namun ada satu hal yang terlihat oleh mata dan hati Aya, yaitu respon kedua mata ibu, sebuah bahasa mata yang tidak bisa ditutupi atau pun dibohongi. Aya sangat sedih merasakannya, seluruh perasaan ibu menyatu dengan hatinya, hati seorang anak terhadap ibu kandungnya. Selama Sembilan bulan berada di rahim ibu membuatnya mendapatkan kekuatan batin yang sangat kuat. Walaupun ibu berusaha menutupi perasaan sakit itu, Perasaan seorang wanita yang tidak bisa dibohongi, sebuah pengkhianatan yang membuat Aya sangat terpukul.
Disampaikannya pesan tersebut, dengan rasa tidak percaya Aya mencoba memperlihatkan isi pesan tersebut ke tangan ibu. Dengan santainya ibu membaca isi pesan tersebut, mungkinkah ini cara ibu untuk menutupi segala keluh kesahnya terhadap anak kandung. Tidak mau melibatkan urusan rumah tangga kepada kami sebagai anak. Padahal Aya cukup matang menghadapi masalah ini, sebuah angka 17 tahun yang menurut pikirannya sudah cukup matang untuk menghadapi masalah hidup. Sebuah pembuka usia angka 17 yang cukup menantang pikirannya dalam berbuat. Sebuah masalah yang muncul membuatnya tidak percaya, aya memikirknnya bahwa bertambahlah masalah nya selama ini. Mulai dari masalah dengan batinnya sendiri, dengan teman sebaya, masalah perasaan dengan seorang laki-laki sampai masalah keluarganya
Masalah batin adalah masalah yang membuatnya berpikir dan ini sebuah tuntutan hidup karena ia sebagai anak tertua yang juga harus berjuang untuk mencukupi pendapatan keluarga, sebuah tuntutan untuk tetap mendapat prestasi di sekolah supaya dapat mempertahankan beasiswanya. Selama sekolah, Aya mendapat bantuan uluran tangan dari berbagai pengasuh dan pemerintah, Alhamdulillah bisa membeli buku-buku pelajaran dan peralatan sekolah bahkan melunasi spp, namun harus bersyarat yaitu dengan memiliki standar nilai yang ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dan peringkat tiga besar di kelas mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah yang menargetkan memiliki rata-rata nilai kelas minimal tujuh.
Masalah dengan perasaan adalah perasaan yang membuat dua atau tiga laki-laki sakit hati karenanya.
Setelah mengakhiri status pacar dengan seorang kakak kelas, aya mencoba untuk menutup hatinya sementara Karena ingin fokus belajar di sekolah. Juga karena memang tidak mendapat restu dari orang tua hanya karena menduga ia berbeda suku. Padahal tidak salah karena tidak mesti harus sama dalam menjalani hidup. Aya menurut saja kemauan orang tua nya, namun tidak disangka saja ada seorang laki-laki yang menyatakan perasaannya kepada Aya, tentu saja Aya bingung mengapa tiba-tiba ia begitu padahal tidak begitu akrab bahkan laki-laki tersebut baru dua bulan pindah ke tempat sekolah Aya menuntut ilmu. Setahu Aya banyak gadis yang ngefans terhadap siswa baru itu, bahkan ada yang cari muka. Aya mendapat sms dari tuh laki-laki saja hanya cuek bahkan jarang sekali merespon, mungkin karena kondisi aya yang masih belum bisa membuka hatinya, namun sungguh baik hati teman laki-laki tersebut, ia mau berterus terang kepada Aya tentang hatinya, tetapi kenapa Aya waktu itu mau saja menerima cintanya yang padahal belum kenal jauh. Sampai suatu hari Aya merasa resah berada dekat dengan teman laki-laki tersebut yang terlalu agresif, dan menyuruh aya untuk menuliskan nama lengkap Aya di urutan ke DELAPAN dari data-data nama pacar tuh laki-laki. Sungguh Aya sangat terpukul dengan tingkah temannya itu.
Tidak kah dia memahami seorang Aya yang baru saja kacau hati dan pikirannya oleh masa lalunya. Semua teman-teman Aya yang mengetahui sikap siswa baru itu membuat banyak gossip tidak benar yang berhamburan ke kelas lain. Memang benar pernah menerima cintanya , namun Aya hanya bisa bertahan satu hari, dan memutuskan untuk berteman saja, sampai akhirnya ia marah besar dengan ulah Aya yang plin plan, yang seenaknya mempermainkannya. Padahal sebelum itu tuh laki-laki pernah plin plan juga kepada Aya, ia pernah menyatakan perasaan ke Aya, namun ia batalkan ucapannya hanya karena tidak ada jawaban dari Aya malam penembakan itu, paginya menyuruh aya untuk berpikir tidak ada terjadi apa-apa, sungguh membuat Aya dipermainkan perasaannya, aya hanya bisa diam sampai akhirnya sahabat aya yang turun tangan minta kepastian dan keseriusan laki-laki tersebut yang membuat aya akhirnya menerima cinta laki-laki itu yang padahal tidak ada perasaan sedikit pun karena dari awal sudah tidak serius kepada Aya.
Sekarang mereka tetap bisa berteman, walaupun tidak saling sapa karena sama-sama minder.
Berawal dari………
Setu, dua, sepuluh, lima puluh, seratus dua ratus dan seterusnya siswa mulai berdatangan ke sekolah, Aya dari tadi sudah tiba di sekolah, berdiri di sudut pintu memandangi halaman sekolah yang lumayan luas lengkap dengan luasnya kesempatan rumput-rumput liar tumbuh, di depan masing-masing kelas tertata sebuah taman oval yang berhiaskan beragam jenis kembang dan tanaman hias lainnya bertambahlah rasa nyaman berada di sekolah walaupun kala itu perasaan Aya sedang kesepian. Menit demi menit terlewati, anak-anak mulai berdatangan dan taman tadi yang terlihat kesepian kini dipenuhi oleh siswa-siswi yang dengan santai duduk, ada yang hanya untuk menunggu guru datang bahkan ada yang lagi menggosip, macam-macam. Aya pun menjauh dari pintu, mencoba menikmati suasana dalam kelas yang kini mulai penuh tempat duduk. Kali ini sudah semester genap kelas sebelas Aliyah, waah… ngga terasa bakal jadi mahasiswi, batinnya tidak sabaran ingin menikmati indahnya jadi seorang mahasiswi walaupun sebenarnya belum tentu mampu untuk masuk kuliah.
Detak Jam dinding sudah tak terdengar lagi karena bisingnya campuran suara manusia di dalamnya, terlihat jam menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh tiga menit, itu tandanya tujuh menit lagi pembelajaran akan dimulai. Aya sangat bosan di dalam, ia pun berniat hendak bertengger seperti biasa, yap! Kebiasaan Aya, itu loh.. kebiasaan berdiri di depan pintu kelas sambil memandangi keadaan diluarnya,
Tap..tap…
Tap…tap…
Suara dua pasang sepatu dari tempat berlawanan.. yap suara pertama adalah dari sepatu Aya, ketika Aya hendak bertengger, Aya dikejutkan oleh sosok anak laki-laki yang tiba-tiba membelok ke dalam kelas, sampai-sampai kedua mata Aya juga ikut dikejutkan, jelas saja Aya terkejut, seediikit lagi bertabrakan dengan anak laki-laki yang bertubuh tinggi, jauh lebih tinggi daripada Aya, kira-kira 170 cm. Hufh.. ! aduh siapa anak tadi kok tiba-tiba masuk, sedikit lagi ada kecelakaan kecil nih di depan IPA. Batin Aya menggerutu sendiri kesal. Padahal salah Aya juga kenapa kebiasaan bertengger di depan pintu dijadikannya sebagai adat kebiasaan dirinya, kalau ada yang tiba-tiba muncul seperti tadi, waah bisa-bisa malu sendiri.
Di tolehnya pandangan ke belakang mencari anak laki-laki tadi yang lewat, oh.. ternyata duduk di tempat duduk Aya dahulu sebelum diacak nih susunan tempat duduk, tapi tunggu dulu. Sepertinya aku tidak biasa melihat nih anak. Mungkin saja anak pindahan dari sekolah lain. Hmmm.. lumayan tampangnya, tapi..ih.. dingin sekali sikapnya tadi, sampai-sampai wajahnya terus-terusan ditutup dengan telapak tangannya, sampai duduk di kursi pun masih saja ditutup dengan memalingkan wajah ke muka jendela kelas. Mungkin pemalu orangnya.hi..hi.. batin Aya lagi bicara sendiri.
Hari demi hari anak-anak kelas Aya pun mulai akrab dengan anak baru tadi, Aya dikenal sangat cuek dengan orang kelas, karena sifatnya yang pendiam dan banyak yang dipikirkannya, membuatnya suka diam dan sedikit bergaul.
Suatu hari , dua hari, dan seterusnya, Aya terus-terusan mendapat sms aneh, dari orang yang tidak dikenal. Bukan Cuma Aya yang mendapat sms aneh itu, namun semua teman-teman Aya juga, janggalnya hanya anak-anak kelas Aya saja yang mendapat sms itu, sehingga membuat anak-anak IPA kelas sebelas itu penasaran, siapakah gerangan orang yang mengirim pesan yang isinya sama tapi maknanya beda, yaitu sebuah pesan yang berisi mencoba menebak karakter masing-masing orang kelas itu, seperti membuka kartu masing-masing orang kelas Aya, dan orang itu sangat tertutup, dia tidak mau memberitahukan sebelum waktunya, sangat misterius, namun bagi teman-teman Aya sangat mengasyikan, hanya Aya saja yang sangat tidak menghiraukan isi pesan itu karena bagi Aya tidak begitu penting.
“kamu adalah orang yang terlalu menyimpan segala potensi dalam diri, hanya saja kamu tidak membukanya, membiarkan potensi itu tersimpan dalam diri kamu. Padahal kamu memiliki potensi yang lebih.”
Sebuah isi pesan lagi dari orang misterius, pesan yang berbeda setiap harinya.dan berbeda tiap orangnya. Aya mencoba merespon isi pesan tersebut, entah kenapa hari itu Aya tiba-tiba penasaran walaupun tidak begitu besar seperti teman-teman yang lain. Sebuah isi pesan yang membuat Aya sedikit semangat menjalani hari, namun siapakah orang dalam pesan ini, siapakah gerangan yang mengetahui semua karakter orang-orang kelas IPA ini. Pasti anak IPA juga. Batin Aya penasaran, menanyakan segala yang membuatnya ingin tahu, dan mencoba menebaknya sendiri.
“iya, terima kasih. Maaf ini siapa?” respon dari Aya singkat, karena begitulah sifat Aya, apalagi kepada orang yang tidak tahu sama sekali.
Dengan cepat balasan sms pun muncul dilayar HaPe Aya.
“aku juga termasuk anak IPA, aku tidak akan membuka kartu sebelum aku merasa bosan dengan permainan ini”
Sungguh membuat Aya semakin bingung, namun tidak begitu dihiraukannya.
Suatu hari entah kenapa tiba-tiba saja sosok misterius itu membukakan kartunya sendiri kepada seluruh anak-anak IPA kelas Aya, sungguh membuat Aya kaget. Waah… nekad nih anak, mungkin begini caranya berkenalan dengan anak-anak kelas sini, yaitu dengan meminta nomor HaPe siswa(i) di kelas Aya secara diam-diam dan menanyakan karakter semua anak di kelas dengan orang dalam kelas juga pastinya, dan mereka dalam bermain peran telah membuat kami yang jadi korban semakin penasaran. Sungguh hebat sandiwara orang yang bekerja sama dengan si misterius ini, dan si misterius itu sendiri. Batin Aya cuap-cuap tidak karuan di kamarnya malam itu.
Yup! Si misterius adalah anak baru di kelasnya Aya, yang menurutnya sangat unik.
Begitulah awal dari kisah Aya dan anak baru itu yang pernah menembak alias menyatakan cintanya kepada Aya, entahlah mengapa anak baru itu tiba-tiba menembaknya, padahal bicara saja tidak pernah apalagi saling tegur juga tidak pernah. Paling lewat sms, itu pun respon Aya sangatlah cuek dan dingin. Tidak begitu akrab juga. Sampai akhirnya mereka pun saling menjauh sampai sekarang karena sikap mereka yang sama plin plannya, namun bisa diambil hikmahnya ko, kalau ingin menyatakan perasaan hati musti disiapkan matang, memandang ke depan dengan melihat dampaknya. Sehingga akan timbul keseriusan itu.
Begitulah sekilas masalah sebelum menghadapi masalah keluarganya,
Sungguh Aya sangat bingung ketika melihat Ibu menangis, Aya sangat terpukul. Masih dalam perasaaan yang kurang percaya terhadap masalah yang dihadapinya, hendak kemana, berlari kemana, mengadu kepada siapa Ya Allah…selain kepada Engkau,mudah-mudahan hamba bisa menghadapi ini semua. Do’a Aya kala itu, batinnya menangis. Melihat ibu yang sedang sakit hati karena sebuah pengkhianatan.
Malam hari..
Jam dinding berdetak, angka dua belas jarum pendeknya, angka dua jarum panjangnya. Yup! Jam mulai terus berputar, Aya masih saja tidak bisa tidur memikirkan ibunya, sementara adik-adiknya sudah tertidur pulas. Aya mencoba menutup rapat kedua matanya, gelap , namun ada saja bayangan ibunya yang sedang menangis. Tetap saja pikiran Aya tidak karuan, apalagi sesaat mendengar suara tangisan histeris dari kamar sebelah, yang membuat Aya ikut menangis, bengkak merah kedua matanya karena kurang tidur , bukan terpaksa melainkan merajuk matanya tidak bisa tenang, tertutup namun pikiran dan rasanya tetap jalan.
Dilihatnya oleh Aya sebuah HP milik Ibunya, yup sebuah HP CDMA. Mencoba menulis sebuah nomor HaPe seseorang, ayoo.. angkat, pliiss..Ya Allah beri kesempatan untuk hamba bicara padanya, Karena hamba rasa Cuma dia manusia yang bisa mendengarkan isi hati hamba saat ini, dialah kakak satu-satunya yang hamba miliki yang lebih dewasa daripada hamba. Aya bicara sendiri dalam kamar dengan penuh harap dan cemas.
Masih saja Aya menangis sendiri dalam kamar sambil mengingat isi dari sebuah pesan dari sebuah HP. Tersudut kamar, Aya merasa dunianya sangat gelap, Aya merasa kesepian, yang dipikirkannya kala itu adalah lari ! yap, lari dari masalah, sebuah penyesuaian diri yang salah dalam ilmu psikologi, Aya sangat bingung apa yang bisa ia lakukan untuk ibu dan adik-adiknya. Pikirannya terlintas putus asa, mengakhiri segalanya. Sungguh Aya tidak mengerti dengan mengontrol pikirannya, ia tidak bisa memanage dirinya sendiri dalam berbuat, yang dipikirkannya hanyalah spiral dari masalah itu, dan tidak mencoba untuk mengurangi masalah keluarganya, masalah batinnya sendiri, bahkan masalah jiwanya. Kondisi keluarga yang retak membuatnya tidak bisa mengontrol emosi dan pikiran, sebuah tekanan psikis dan fisik baginya dan adik-adiknya.
“ya halo, Assalamu’alaikum” sapa seorang laki-laki dari seberang sana, laki-laki yang dianggapnya sebagai kakak angkat. Entahlah apa yang membuatnya untuk memutuskan curhat dengan kakak angkatnya itu, sedikit bergetar Aya mencoba membalas sapa darinya.
Tak jua kuasa menahan tangis, Aya malah menumpahkan tangis di balik HPnya, sungguh Aya sangat tertekan waktu itu, tentu kakaknya itu langsung menyuruh Aya menangis sepuas-puasnya sebelum mulai bercerita. Kakak yang mengerti dengan kondisi Aya waktu itu, Aya sangat tidak karuan. Pikirannya tidak terkendali kala itu, apapun nekad Aya lakukan.
Mulailah Aya bercerita dengan perasaan yang masih tidak bisa dikontrol, disela-sela tangis Aya bercerita, entah paham atau tidak dengan suara tidak jelasnya waktu itu, Aya terus-terusan bercerita kepada kakaknya itu, terdiam mendengar cerita Aya, karena kala itu juga sangat larut malam, mungkin kakaknya itu sedang mengantuk.
Pagi setelah malam itu, Aya terlihat tidak bersemangat menjalani hari. Keadaan rumah yang kacau, kondisi batin yang hancur, terlihat sekali hatinya sedang kusut, seperti benang kusut. Yang sangat sulit untuk meluruskannya kembali, kecuali menukarkannya dengan yang baru, namun si benang kusut itu tetap saja dengan kekusutannya, walaupun sudah ditukarkan dengan yang lurus, tetap saja ada wujudnya walaupun dibuang bahkan dibakarpun masih ada abunya. Pikirnya pagi itu. Di kelas Aya sedikit lebih pendiam dari biasanya, bahkan waktu itu Aya menangis sendiri di kursi. Di telungkupkannya kepala, lagi sakit kepala juga waktu itu. Semua teman-temannya bingung dengan sikapnya, bahkan semua pelajaran yang didapatnya hari itu tidak masuk ke otaknya, Aya sangat tidak konsentrasi. Seperti biasa Aya bertengger di depan pintu kelas, matanya melihat tak sengaja dari kejauhan sesosok anak laki-laki, yap! Kakak angkatnya Aya terlihat dari kejauhan sedang berjalan menuju kelas dua belas. Melihat kakaknya membuat Aya teringat kembali kesalahan Aya di masa lalu. Kesalahan Aya yang terlalu egois dan terlalu tidak memikirkan perasaan orang. Sedikit penyesalan waktu itu membuat Aya membuka-buka masa lalunya dengan kakaknya itu, dengan sahabat kakaknya, sampai kepada masalah dengan anak baru di kelas Aya. Sebuah masa lalu yang tertulis di lembar kisah cinta Aya. Tiga kali singgah di hati anak laki-laki, namun Aya selalu gagal mempertahankan perasaan itu. Sambil berdiri Aya membaca kembali kisah satu per satu kisahnya di masa lalu.
Kadang Aya pindah lagi terpikir ke arah masalah keluarganya, yang membuatnya ingin putus asa. Aya sangat merasa kesepian kala itu. Bingung mengadu kepada siapa lagi selain kepada Allah swt, namun kenapa manusia selalu mengadu jika mendapatkan musibah, adakah manusia ingat saat senang?. Aya merasa berdosa jika hanya mengadu pada saat mendapat musibah. Makanya Aya bingung hendak kemana, Aya juga tidak memiliki teman hati, andai saja waktu si teman hati ada, mungkin Aya sedikit tidak merasa kesepian dan hampa.
“Nah.. begitulah saat aku merasa ingin putus asa, Nur” ketika selesai bercerita mengenai masa lalunya,
“sekarang kamu tidak kesepian lagi kan?” Tanya Nur lagi seakan ingin membuka cerita Aya lagi.
“mungkin begitu, Nur, entahlah aku bingung menjawab pertanyaan itu.” Jawab Aya sedikit kurang bersemangat membahas.
…..
Ketika pagi mulai menampakkan cahayanya, saat itulah Aya membuka lembar baru kehidupannya, sosok-sosok teman hati masa lalunya kini sudah mulai tertutup rapat, Aya sangat menikmati harinya dan sudah menjadi kebiasaan tanpa seorang teman hati, yang ia pikirkan hanya belajar dan belajar.
Ketika Aya masuk ke dunia nya yang menurutnya bahagia tanpa teman hati, saat itulah tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berusaha masuk ke kehidupan Aya.
Laki-laki yang tidak pernah akrab dengannya, yup! Teman sekelas, namun Aya tidak begitu mengenalnya walaupun laki-laki itu sebagai ketua kelas selamam setahun, mungkin terlalu pendiamnya si Aya. Kedekatan Aya dengan laki-laki itu membuat Aya takut kejadian masa lalu yang gagal terulang kembali, ini yang membuat Aya selalu menjauhi anak laki-laki. Dan sebuah pengkhianatan yang membuat Aya takut dengan anak laki-laki jika sampai masuk ke hatinya. Aya mencoba terus menangkis segala usaha anak laki-laki tersebut, namun entah kenapa anak laki-laki itu malah mencoba terus mendekati Aya, bahkan sering ke rumah Aya. Aya terus bersikap pura-pura tidak tahu dengan sikap temannya itu,
Dialah teman yang mencoba masuk ke hati Aya, Ridwan. Yup! Namanya Ridwan. Seseorang yang kalem, dan tidak banyak tingkah, takut dengan perempuan, apalagi negur cewek pun juga takut, mungkin karena dari MTs berada di lingkungan pondok pesantren, jauh dari perempuan, walaupun katanya ada yang naksir dengannya tetap saja ia tidak menghiraukannya bahkan cewek sewaktu MTs nya itu dikenal cantik di kalangan pesantren, sampai Ridwan Aliyah pun cewek tersebut masih berharap, namun cewek tersebut sekolah di SMK, tetap saja Ridwan tidak suka dengan cewek tersebut karena menurutnya bukan pilihannya, namun setahu Aya. Ridwan itu pernah menembak seorang gadis sebayanya, dan seorang adik kelas sewaktu kelas satu Aliyah dan dua Aliyah. Yang setahu Aya kedua kalinya ditolak. Ini yang membuat Aya tidak suka dekat dengan Ridwan karena yang dipikirkan Aya kala itu adalah apakah hanya sebagai pelampiasan belaka.
Aya yang selalu kritis dalam bertindak yang membuatnya selalu berburuk sangka dengan setiap perbuatan anak laki-laki. Sampai-sampai mengira bahwa dia dijadikan sebagai pelarian belaka. Dua bulan dekat dengan Ridwan membuat Aya semakin takut.
Yaah.. ketakutan akan terjebak dalam perasaan, masa lalu yang membuatnya trauma, namun yang Aya lihat sosok Ridwan adalah cowok baik-baik dan tidak pernah berpacaran seumur hidupnya, ini yang membuat Aya memikirkannya kembali. Lama mereka bersahabat, sampai suatu hari entah dari mana sebuah peristiwa yang bersejarah tercatat di memori Aya.
Sebuah peristiwa penembakan alias pengungkapan perasaan oleh Ridwan terhadap Aya yang membuat Aya setengah tidak percaya, lewat surat-suratan di kelas Aya mencoba membalas isi hati.
Padahal Ridwan memgugkapkannya lewat HaPe, eh.. si aya malah lewat secarik kertas. Hehe..
Dan sampai kini mereka tetap jalan, walaupun kadang sedikit ada bumbu yang kurang manis karena kesalahpahaman dan sebagainya, wajar saja bagi mereka berdua.
Satu hal karakter yang membuat Aya terus bertahan adalah..
Ketika Aya pernah membahas sebuah kata the end , anehnya si Ridwan selalu bilang: “jangan main-main dengan kata itu” sebuah kalimat yang membuat Aya semakin yakin dengan keseriusan Ridwan, namun pernah Aya dicueki Ridwan Karena kesibukan Ridwan yang luar biasa padatnya membuat Aya bingung dan ragu, namun setelah membaca sebuah novel Indonesia yang membuat Aya semakin yakin dengan pasangannya itu, bahwa cara pacaran yang menurut Aya dan Ridwan adalah tidak salah, karena asalkan masing-masing sudah tahu isi hati bahwa suka sama suka itu sudah menjadi sebuah ikatan walaupun belum hakiki, namun mengapa Anda tidak percaya dengan pasangan sendiri?. Percayalah bahwa pasangan Anda yang terbaik untukmu.
Lama tidak ketemu membuat mereka semakin ingin bertemu, karena Aya dan Ridwan sama-sama ingin serius kuliah meraih mimpi ke depan.
Percaya pada pasangan adalah kunci dari kesetiaan, dan kini Aya bahagia dengan teman hati yang sungguh membuat Aya lebih memahami arti cinta sejati. Love ForEver.
……….
Dari semua teman hati Aya, hanya Ridwan yang memiliki karakter rumahan, Ridwan adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya, ia sangat suka membantu pekerjaan rumahan, sedangkan sebelumnya adalah kakak angkatnya Aya yang memiliki karakter menyatu dengan dunia luar rumah. Yup! Masa lalu Aya yang sangat suka dengan kegiatan luar rumah,yang membuat Aya juga sedikit kurang cocok. Karena hanya Ridwan yang menurut Aya klop dengan karakter Aya yang suka menghabiskan waktu di rumah dengan membantu ortu di rumah. Inilah yang membuat Ridwan sering tidak ada waktu untuk Aya, namun Ridwan selalu bilang: “biarpun jarang smsan, ataupun ketemuan, namun ingat lah kita tetap dekat di hati. Mohon mengerti dengan segala kegiatan kakak, satu hal yang perlu diingat jika aya merasa ragu : bahwa kakak sayang Aya ” kata-kata itu yang selalu membuat Aya terharu, sadar diri dan yakin bahwa teman hatinya yang sekarang sungguh mengerti Aya. Karena selama pacaran Ridwan tidak mau mengajak Aya jalan-jalan malam ataupun ke warnet bareng karena menurutnya itu bisa menjadi maksiat dan dosa, Ridwan tidak ingin begitu, tidak ingin gaya pacaran seperti itu, ini juga membuat Aya semakin suka dengan karakter Ridwan yang dewasa. Kami jalani hari dengan santai. Paling-paling Ridwan menemui Aya di rumah jika kangen, yang penting kata Ridwan adalah setia, dan ini yang membuat beda dari masa lalu nya, Ridwan dari keluarga yang sederhana yang membuat Aya lebih suka dengan Ridwan daripada kakak angkatnya itu, dan banyak teman yang menilai Aya dan Ridwan lebih cocok dibandingkan Aya dengan kakak angkatnya itu. Selain itu juga Aya dan Ridwan memiliki komitmen yang sama dalam hidup ini.
Di kampus pun Ridwan terkenal sangat cuek dengan siapapun apalagi dengan cewek. Ini yang membuat Aya semakin yakin dengan ketulusan Ridwan, sampai-sampai pernah teman cewek di kampusnya ingin dibonceng pulang, namun Ridwan menolaknya walaupun searah pulangnya, Ridwan malah ngirim sms kepada Aya, yang padahal jika tidak diberitahukan pun Aya juga tidak melihatnya ataupun mengetahuinya, inilah isi pesan Ridwan kala itu : “aku hanya ingin setia”. Dan setelah minta penjelasan, baru Aya ngerti maksud dari sms itu, bahwa Ridwan tidak ingin membonceng cewek lain bukan maksud tidak menolong teman , namun takut ada salah paham dan hanya ingin setia pada pasangan sendiri.
Ini juga yang membuat Aya semakin yakin dan terus percaya dengan Ridwan, mudah-mudahan bisa bertahan sampai akhir hayatku. Sebuah kalimat di hati Aya.
Dan..
Aya pun mengakhiri ceritanya dari Nur, yang sebenarnya adalah salah satu sosok yang berada di dalam jiwa Aya; yaitu sebuah cahaya yang berada di hatinya yang selalu menemani harinya jika berbuat sesuatu, cahaya inilah yang dapat mengontrol sikap Aya selama ini, yup! Nur, belahan dari kata Aya yang memilki kepanjangan nama: Cahaya.
Sebuah nama yang memiliki arti bagi Aya sendiri dan ia menamai sosok dirinya yang kedua adalah Nur. Diri yang kedua di dalam jiwa dan rasanya. Sebuah sahabat yang ada dalam diri Aya yang memiliki nama sama. Begitulah Aya, Aya yang menceritakan segala kisah hidupnya terhadap sahabat jiwanya itu yang selalu setia bersamanya.
Aya pun tersenyum dengan manisnya terhadap sahabatnya itu, sungguh lega perasaan Aya ketika curhat sendiri dengan sahabat jiwanya itu. Curhat mengenai kisah masa lalu Aya sampai kini saat Aya menemukan cinta sejatinya dan cara hidup yang baru pula di tahun yang baru ini. Aya pun baru sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul setengah Sembilan pagi, itu artinya jam kuliah akan dimulai, Aya berjalan menuju kelasnya di atas, berjalan menyusuri tangga, terlihat banyak mahasiswa(i) yang masih berdirian di bawah tangga, ada yang asyik pacaran, ada yang hanya menggosip bahkan ada juga yang lagi sambil baca buku. Aya hanya lewat saja di sela-sela saling tegur sapa kepada siapa saja yang Aya kenal. Kini Aya sedikit heran kenapa barusan dia merenung sendiri membuka lembaran lalu, padahal sekarang adalah sekarang, kini yang harus diperbaiki dan masih banyak berjuta-juta pengalaman yang akan ditemuinya. Aya harus sudah siap mental, dan kematangan emosi yang harus terus dikembangkannya.
Ass.Wr.Wb...salut dgn blognya..trus berkarya..slm buat teman2 d bb..
BalasHapuswa'alaikum salam wr wb
BalasHapusyup! terima kasih kunjungannya...
tulisannya bagus....
BalasHapusterus aja gerakan jarinya untuk menulis...